Rabu, 27 Juni 2012

GAlungan

Tradisi saat Galungan

Yup... Galungan kali ini pada tanggal 1 Februari 2012 suasana tertutup mendung. Tradisi Galungan memang sangat menarik bagi orang Bali. Dimulai dari pembuatan penjor di masing-masing depan rumah sampai pembuatan berbagai jenis makanan khas Bali. Nyait dan metanding istilah yang akrab oleh Ibu-ibu dalam membuat sarana upakara yang dihaturkan saat Galungan.

Satu hari sebelum Galungan disebut dengan Penampahan Galungan di hari ini biasanya dari pagi banyak dibuat berbagai makanan sebagai sarana upacara seperti lawar, sate dan urutan. Dan ibu-ibu mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk kepentingan saat Galungan keesokan harinya. Pemasangan penjor dan menghias tempat suci juga dilakukan di hari ini.

Mulai pagi di hari Galungan masyarakat mulai melaksanakan persembahyangan. Dimulai dari tempat suci yang ada di rumah (Sanggah/Merajan) sudah dipersembahkan berbagai jenis sesajen. Persembahyangan dilanjutkan ke pura-pura yang ada di desa setempat, sampai hari sore persembahyangan masih tetap berlangsung.


Persembahyangan masyarakat Bali ke pura yang ada di desa setempat.

Tradisi yang unik ada di Pura Hyang Api, Desa Klusa, Gianyar

Tajen 42 Hari

Yup... Tradisi yang unik ada di Pura Hyang Api, Desa Klusa, Gianyar. Para bebotoh (orang yang suka ngadu ayam) mulai berdatangan dari pagi ke pura. Ayam jago pilihan dibawa untuk segera di adu. Hari Kamis, 16 Februari 2012 ini merupakan tajen yang diselenggarakan untuk kesekian kalinya. Tajen dilaksanakan selama 42 hari terhitung mulai dari Hari Kuning selama lima hari berturut-turut dan selanjutnya diadakan setiap Kliwon.

Beberapa bebotoh datang dari segala penjuru daerah di Bali. Sesampainya mereka di pura tak lupa mereka menghaturkan bakti sebelum melaksanakan tajen. Dari pagi hari setelah kulkul (kentungan) dibunyikan bertanda tejen sudah bisa dimulai, bebotoh pun mengeluarkan ayamnya dan mencari lawan yang seimbang. Setelah merasa cocok ayam pun dipasangi taji selanjutnya diadu.

Tajen alias adu ayam berlangsung tidak hanya satu grup tetapi banyak grup-grup kecil saling beradu. Gemuruh sorakan para bebotoh terdengar "cok..cok...cok... gasal..gasal..gasal". Ayam yang sudah kalah langsung dipotong dan dibagikan baik kepada pemenang maupun kepemilik ayam sesuai dengan kesepakatan.

Setelah hari semakin siang suasana pura semakin sepi, karena bebotoh sudah berangsur pulang. Sebelumnya mereka juga singgah di warung yang berjejer di sepanjang jalan samping pura.


SENI BUDAYA

 ”Pengibing” Lupa Daratan, Penari Joged Kelelahan
........................................................................................
 
 Beginilah aksi dari sekehe joged WERDHI BUDAYA
 Desa  Ambengan ,ketika tampil pada Pesta Kesenian Bali
 yg ke-33.
TARI joged memang tak pernah tersisihkan di hati pengunjung PKB XXXIII. Kali ini Sekeha Werdhi Budaya Desa Ambengan, Buleleng yang tampil di Kalangan Ayodya, Senin (4/7) kemarin, mampu mengundang perhatian pengunjung. Pengibing pun tak sabar dan saling rebutan ngibing . Bahkan, ada pengibing yang lupa daratan dan terus ngibing hingga penari joged kelelahan. Pamentasan joged ini berlangsung seru dan dipenuhi pengibing yang tidak sabar menikmati momen joged yang menarik ini. Penari joged tak perlu repot-repot mencari pengibing karena para pengibing saling berebut agar bisa berlenggak-lenggok dengan penari yang bergerak lincah dan selalu menebar senyum manisnya. Bahkan, ada pengibing yang tak mau berhenti ngibing karena terlalu asyik walaupun tetabuhan sudah menandakan tari akan selesai. Penari joged pun jadi kelelahan dan kabur meninggalkan pengibing yang lupa daratan ini.
Pementasan joged terakhir di ajang PKB XXXIII ini diawali dengan menyuguhkan kolaborasi tabuh pejogedan dan tabuh gong kebyar yang bernama tabuh Bayuning Suta.
http://bulelengkab.go.id

Profil Desa Ambengan


Profil Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada
Sejarah Desa Ambengan 
Pada mulanya sebelum bernama desa Ambengan dikenal dengan nama Pebantenan, yang merupakan pusat aktifitas Penduduk pada jaman itu yang letaknya da Dusun / Banjar sekarang ini, dan setelah beberapa lama berjalan akhirnya pada tanggal 22 November 1815 danau tamblingan airnya meluap yang mengakibatkan 17 Desa tenggelam di landa lumpur setebal 20-40 kaki.
Adapun 17 Desa tersebut adalah Kedu,Menala,Tapuk,Base,sambangan,            Bangkang,Buleleng,Pabean,sukasada,Banyuning,dan Pebantenan yang mengakibatkan korban jiwa sebanyak 1.252 jiwa.

Selasa, 26 Juni 2012

AIR TERJUN JEMBONG
Dimana AIRTERJUN JEMBONG ?

Air terjun Jembong terletak di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, sekitar 15 km dari Bedugul atau 65 km dari Denpasar. Dari Air Terjun Gitgit jaraknya cuma 8 km. Airterjun Jembong merupakan salah satu air terjun indah di Bali.
Nama air terjun Jembong mungkin masih asing bagi anda ,memang Air Terjun Jembong belum begitu dikenal secara luas di pulau Bali sebagai daerah wisata.